Senin, 15 Juli 2019

Tingkatkan Literasi Kepada Guru, Universitas Esa Unggul Gelar PKM di SDN Jelambar Jakarta Barat

Foto Bersama Saat Kegaiatan Literasi di Sekolah
Esaunggul.ac.id, Gerakan literasi di sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada peserta didik, tetapi juga untuk guru. “Gerakan literasi membaca, menulis dan menyimak juga harus menyentuh kalangan guru, karena tingkat membaca guru masih sangat rendah. Untuk itu dibutuhkan kemauan yang besar dari dalam diri seorang guru,” ujar Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd, Ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul.
Dirinya pun mengatakan Literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dalam berbagai konteks, berkomunikasi secara efektif. mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan mengajar, Harlinda melanjutkan hendaknya memiliki wawasan berpikir yang luas agar mampu membawa siswanya ke dalam pemahaman yang hakiki pada setiap materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.
“Penanaman budaya literasi sejak usia sekolah dasar dalam menumbuhkan budaya literasi anak bangsa merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia. Karena pada usia inilah pada hakikatnya memiliki perkembangan otak yang pesat baik dalam kemampuan linguistik, spasial, intelektual, maupun perkembangan motoriknya,” ucapnya.
Harlinda pun mengibaratkan anak usia sekolah dasar adalah tunas yang tumbuh menjadi pohon yang kokoh, maka budaya literasi harus diterapkan sejak usia sekolah dasar, ” literasi itu bukan hanya kegiatan membaca, menulis dan berdiskusi formalitas, namun menjadi keterampilan lifeskill yang akan terus diimplementasikan sepanjang masa,” Terang Harlinda.
Suasana PKM FKIP 2019
Sejumlah kegiatan pun dilakukan dalam PKM UEU meliputi sosialisasi, pelatihan, evaluasi diri, pengajaran yang reflektif, eksplorasi, simulasi, dokumentasi, diskusi pertemanan, pemetaan dan praktek dalam pembelajaran. Harlinda pun berharap dengan kegiatan ini mampu meningkatkan keterampilan literasi siswa dalam mewujudkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diwujudkan sesuai dengan tujuan pendidikan abad 21, di mana siswa mampu berkominikasi, berkolaborasi, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, serta kreatif dan inovatif.
Pelaksanaan PKM ini menghadirkan Pembicara 1 yaitu Dr. Gusti Yarmi, M.Pd, merupakan Dosen Senior Universitas Negeri Jakarta, yang menyampaikan tentang “ Pengembangan Literasi Dalam Rangka Menyiapkan Generasi Bangsa Berkualitas”, dan Pembicara 2 yaitu Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd dengan materi yang dibicarakan “Literasi Sains Untuk Meningkatlan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran”.
Gerakan literasi di sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada peserta didik, tetapi juga untuk guru. “Gerakan literasi (membaca, menulis dan menyimak) juga harus menyentuh guru, karena tingkat membaca di kalangan para guru masih rendah. Untuk itu, dibutuhkan kemauan yang tinggi dari dalam diri guru,” kata Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd, Ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul.
Lebih lanjut Harlinda memaparkan, literasi diartikan sebagian orang dengan kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas.
Literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dalam berbagai konteks, berkomunikasi secara efektif. Mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan literasi diharapkan melekat pada diri setiap orang umumnya dan pada guru dan siswa pada khususnya. Kata Harlinda, guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan mengajar hendaknya memiliki wawasan berpikir yang luas.
Agar mampu membawa siswanya ke dalam pemahaman pada setiap materi yang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Menurut Harlinda, penanaman budaya literasi sejak usia sekolah dasar dalam menumbuhkan budaya literasi, merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia.
“Sebuah negara yang maju yang memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi. SDM yang unggul adalah SDM yang memiliki daya saing tinggi, inovatif, kreatif, dan mampu menghadapi segala tantangan baik lokal, regional maupun global,” tegas Harlinda.
Kata Harlinda, melaksanakan gerakan literasi 15 menit sebelum jam pelajaran perlu dibudayakan di Indonesia. Adapun prinsip pendidikan literasi antara lain, literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi diri, serta penggunaan bahasa.
Read More..

Rabu, 03 Juli 2019

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Menikmati Pertunjukan Seni di Bentara Budaya Jakarta (PIC)

Esaunggul.ac.id, Jakarta Barat, 25 Juni 2019: Program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Esa Unggul mengunjungi Bentara Budaya Jakarta pada Selasa (25/06) lalu. Peserta yang mengikuti kunjungan ke Bentara Budaya Jakarta terdiri dari mahasiswa angkatan 2017 dan 2018 beserta 3 orang dosen.
Di sana mereka disajikan dengan pembukaan yang sangat menyejukkan hati, yaitu pengiringan beberapa lagu daerah, seperti Ampar-ampar Pisang, Ayo Mama, Anging Mamiri, Cik-Cik Periuk, Rasa Sayange, O Ina Ni Keke dan masih banyak lagi dengan menggunakan iringan alunan gamelan yang dimainkan oleh Gamelan Sang Saptaswara.
Pertunjukan seni yang berjudul Sajak Selasa kali ini bertemakan Perempuan dan Laut. Hal ini berkaitan dengan Hari laut Sedunia pada 8 Juni. Sesuai dengan tema, para penampil menyuguhkan puisi yang memiliki pesan penuh untuk peduli lingkungan, khususnya terhadap laut. Penampilan ini terbuka untuk umum. Mereka yang datang untuk menikmati seni juga dapat dengan bebas menampilkan karya yang telah mereka buat. Tak jarang penonton juga dibuat tercengang oleh penampilan yang luar biasa pada malam hari itu.
Selasa yang damai sambil menikmati karya seni di Bentara Budaya Jakarta memang paling pas untuk para mahasiswa menumbuhkan rasa kecintaannya terhadap seni, khususnya karya sastra karena sesungguhnya karya sastra merupakan cara paling ampuh untuk berbicara langsung ke hati.
Seperti sajak yang langsung menancap ke hati dari Sapardi Djoko Damono yang berjudul Aku InginAku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. (Nurjannah)
Read More..

Realted Posts